WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Â Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
GARUT 25 Nopember 2025.Musim penghujan yang kembali melanda wilayah Kabupaten Garut membawa konsekuensi serius terhadap keselamatan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana alam. Ketua Garut Indek Perubahan Strategi (GIPS), Ade Sudrajat, angkat bicara mengenai meningkatnya kejadian bencana yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ia menyoroti bahwa fenomena alam seperti pergeseran tanah, banjir, dan longsor bukan sekadar peristiwa musiman, tetapi ancaman nyata yang memerlukan langkah cepat, tepat, dan terencana dari pemerintah daerah.
Salah satu contoh terbaru terjadi di wilayah Caringin, di mana pergeseran tanah menyebabkan sebanyak 30 orang terpaksa mengungsi, sementara satu rumah dilaporkan ambruk akibat kondisi tanah yang tak lagi stabil. Kondisi ini menjadi gambaran bahwa Garut masih sangat rentan terhadap bencana dan perlu adanya strategi mitigasi komprehensif yang melibatkan pemerintah, lembaga kebencanaan, dan elemen masyarakat.
Ade Sudrajat menegaskan bahwa pemerintah daerah sebenarnya memiliki sumber daya yang dapat segera dimanfaatkan, yakni dana Belanja Tidak Terduga (BTT). Ia menyoroti bahwa dana BTT pada tahun anggaran ini masih tergolong besar 7 Milyar, padahal saat ini sudah mendekati penghujung tahun. “Dana BTT itu memang disiapkan untuk keadaan darurat seperti bencana alam. Jadi ketika masyarakat sudah terdampak, tidak ada alasan untuk menunda penyerapan anggaran tersebut,” ujar Ade dalam keterangannya.
Menurut Ade, lambannya penyerapan dana BTT dapat menghambat proses penanganan darurat maupun pemulihan pascabencana. Masyarakat yang mengungsi membutuhkan bantuan cepat seperti logistik, tempat tinggal sementara, layanan kesehatan, hingga perbaikan infrastruktur dasar. Ia menilai bahwa pemerintah daerah harus lebih sigap dan responsif dalam memutuskan langkah strategis agar tidak menambah derita masyarakat yang sudah terdampak.
Selain itu, Ade juga menekankan pentingnya evaluasi berkala mengenai daerah-daerah rawan bencana di Kabupaten Garut. Ia menyarankan agar dilakukan pemetaan ulang serta penguatan sistem peringatan dini. “Kejadian seperti di Caringin harus menjadi peringatan keras bahwa mitigasi bencana tidak boleh hanya sebatas rencana di atas kertas. Perlu tindakan nyata dan cepat,” tambahnya.
Garut, sebagai wilayah dengan topografi yang beragam, memang memiliki risiko tinggi terhadap pergerakan tanah dan longsor, terutama di musim penghujan. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam memperkuat kesiapsiagaan bencana. Ade Sudrajat melalui GIPS berkomitmen untuk terus mengawal kebijakan pemerintah agar lebih berpihak pada keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan meningkatnya intensitas hujan dan potensi bencana yang mengikuti, harapan publik kini tertuju pada ketegasan pemerintah dalam memanfaatkan dana BTT serta mempercepat langkah-langkah mitigasi. Bagi Ade Sudrajat, ini bukan hanya soal tanggung jawab anggaran, melainkan soal menyelamatkan nyawa dan masa depan masyarakat Garut.(opx)
Artikel ini masuk dalam: Bencana Alam, Informasi Seputar Garut.













