WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Â Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
‎
‎​JAKARTA – Isu perpanjangan masa jabatan Kepala Desa (Kades) kembali mencuat di tengah sorotan tajam terhadap integritas aparat desa. Data terbaru dari Kejaksaan Agung (Kejagung) mencatat lonjakan kasus korupsi yang melibatkan Kades, di mana 489 Kades terjerat korupsi hanya dalam kurun waktu enam bulan (Semester I 2025). Angka ini menjadi catatan serius bagi pemerintah, terutama mengingat aspirasi para Kades sebelumnya untuk memperpanjang masa jabatan mereka.
‎
‎​Korupsi Kades Meledak: 489 Kasus dalam 6 Bulan
‎​Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mengakui bahwa temuan Kejaksaan Agung (Kejagung) mengenai 489 kasus korupsi yang melibatkan Kades pada semester I 2025 merupakan “catatan yang sangat serius”.
‎​Mayoritas kasus, yaitu sebanyak 477 perkara, terkait dengan tindak pidana korupsi Dana Desa.
‎
‎​Kasus korupsi ini terjadi di berbagai daerah, yang menunjukkan adanya celah pengawasan yang serius dalam tata kelola dana desa.
‎​Kemendagri merespons data ini dengan berjanji akan memperketat pengawasan dan mendorong transparansi penggunaan dana desa, serta membuka ruang bagi partisipasi publik dalam pengawasan.
‎
‎​Jejak Kontroversi Perpanjangan Masa Jabatan
‎​Lonjakan kasus korupsi ini seolah menjadi ironi dan menguatkan kekhawatiran yang sempat muncul saat ribuan Kades berunjuk rasa menuntut perpanjangan masa jabatan.
‎​Aksi Demo: Sebelumnya, asosiasi Kades, termasuk Apdesi dan PPDI, menggelar demonstrasi besar di depan Gedung DPR RI menuntut revisi Undang-Undang Desa, salah satunya untuk memperpanjang masa jabatan Kades dari 6 tahun menjadi 9 tahun untuk 3 periode.
‎
‎​Kritik: Usulan perpanjangan ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk GMNI dan ICW, yang menilai bahwa masa jabatan yang terlalu panjang berpotensi melanggengkan praktik korupsi di tingkat desa dan berisiko menciptakan dinasti kepemimpinan lokal. Mereka berpendapat bahwa lamanya menjabat akan meningkatkan peluang penyalahgunaan kekuasaan.
‎
‎​Desakan untuk Pengawasan Lebih Ketat
‎​Kasus 489 Kades yang terjerat korupsi ini semakin mendesak pemerintah dan lembaga penegak hukum untuk tidak hanya fokus pada penindakan, tetapi juga pada upaya pencegahan yang lebih kuat. Kalangan aktivis antikorupsi menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem tata kelola Dana Desa dan mekanisme pengawasan, mengingat besarnya anggaran yang dikucurkan ke tingkat desa.
‎
‎​Pemerintah didesak untuk:
‎​Memperkuat mekanisme audit dan pengawasan internal serta eksternal.
‎​Meningkatkan kompetensi Kades dan perangkat desa dalam pengelolaan keuangan.
‎​Memastikan transparansi anggaran agar masyarakat desa dapat turut mengawasi penggunaan dana.(C.S)
Artikel ini masuk dalam: Berita Nasional.













