WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
DENPASAR— Insiden tragis mengguncang lingkungan Universitas Udayana (Unud) Bali setelah seorang mahasiswa berinisial TAS (22) ditemukan tewas usai melompat dari lantai empat gedung FISIP pada Rabu (15/10/2025) malam. Ironisnya, sejumlah rekan kampus justru mengejek korban lewat grup percakapan daring.
Korban Jadi Sasaran Bullying Mahasiswa
Belakangan, tangkapan layar percakapan grup WhatsApp mahasiswa Unud tersebar luas di media sosial. Dalam percakapan itu, sejumlah mahasiswa lintas fakultas seperti FISIP, FKP, dan Kedokteran terlihat menertawakan kematian TAS.
Alih-alih berduka, mereka malah mengolok korban dengan komentar yang tidak pantas dan membandingkannya dengan konten kreator Kekeyi. Unggahan ini memicu kemarahan mahasiswa lain dan masyarakat luas, yang menilai perilaku tersebut sangat tidak berempati dan mencoreng citra kampus.
Beberapa pelaku diketahui aktif di organisasi kemahasiswaan, yang semakin memperburuk pandangan publik terhadap budaya sosial di lingkungan kampus.
Unud Jatuhkan Sanksi untuk Pelaku Bullying
Pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud bertindak cepat. Wakil Dekan III FISIP Unud, I Made Anom Wiranata, menyatakan pihaknya telah memberikan sanksi akademik terhadap mahasiswa yang terlibat dalam aksi perundungan.
“Tadi saya sudah sampaikan kepada kaprodi, saya akan menulis surat kepada yang bersangkutan agar diberikan sanksi pengurangan nilai soft skill, dan itu hanya terbatas pada satu semester,” ujar Anom dalam siaran langsung akun Instagram @dpmfisipunud, Kamis (16/10).
Mahasiswa yang disanksi masih diperbolehkan mengikuti kuliah di semester berikutnya. Selain itu, mereka diwajibkan membuat surat pernyataan dan video permintaan maaf untuk memperbaiki situasi.
“Buktinya terlalu otentik, ada screenshot-nya. Kami ingin mereka mengakui kesalahan dan belajar memperbaiki diri,” tambahnya.
Anom menegaskan, keputusan sanksi bukanlah bentuk kebencian, melainkan langkah mendidik agar mahasiswa memahami dampak dari tindakan mereka.
Korban Diduga Alami Gangguan Mental
Informasi yang beredar menyebut, korban TAS merupakan mahasiswa semester tujuh Program Studi Sosiologi. Beberapa saksi, termasuk petugas kebersihan kampus, menyebut TAS memiliki kebiasaan menyakiti diri sendiri saat menghadapi tekanan.
“Dia sering membenturkan kepala ke tembok kalau pendapatnya dianggap salah waktu diskusi sama dosen,” ungkap seorang petugas kebersihan yang enggan disebut namanya.
Pesan berantai yang beredar di kalangan mahasiswa juga menyebut TAS telah beberapa kali mencoba melompat dari gedung sebelum kejadian tragis tersebut. Hal ini memperkuat dugaan bahwa korban mengalami gangguan mental yang belum tertangani.
Seruan untuk Peduli Kesehatan Mental Mahasiswa
Kasus ini menjadi peringatan bagi dunia pendidikan tinggi untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan mental mahasiswa. Banyak pihak menyerukan agar kampus menyediakan layanan konseling aktif dan memperkuat sistem pendampingan bagi mahasiswa yang menghadapi tekanan akademik atau sosial.
Insiden TAS bukan hanya tragedi kehilangan, tetapi juga refleksi serius bagi seluruh civitas akademika agar membangun lingkungan kampus yang lebih inklusif, empatik, dan peduli terhadap kesejahteraan mental.
Peringatan untuk Pembaca
Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda atau orang di sekitar mengalami gejala depresi atau kecenderungan bunuh diri, segera hubungi psikolog, psikiater, atau layanan kesehatan mental terdekat untuk mendapatkan bantuan profesional.
Kasus Bully Di Sekolah Yang Menyebakan Depresi Berat
Mahasiswa Unud Tewas Lompat dari Gedung, Rekan Kampus Dijatuhi Sanksi Bullying
Artikel ini masuk dalam: Berita, Berita Utama, Berita Terkini - Terbaru - Hari Ini, Berita Terkini Terbaru.