Menu

Mode Gelap
Persib Bandung Resmi Umumkan Pemain Baru, Siapa Saja ? 13 Perusahaan Tambang Dapat Hak Istimewa di Raja Ampat oleh Pemerintah Longsor Tambang Batu Alam di Gunung Kuda Cirebon, 4 Tewas dan Puluhan Pekerja Tertimbun Garut Berduka: Ledakan Amunisi di Pantai Cibalong Tewaskan 11 Orang Arus Balik Lebaran 2025 Dimulai, Rekayasa Lalu Lintas Diberlakukan Breaking News:  Hari Raya Idul Fitri 1446 H Jatuh pada Tanggal 31 Maret 2025

Berita Utama

AQUA: Sumber Air dari Akuifer, Bukan Mata Air Pegunungan

badge-check


					Tangkapan Layar : AQUA Disorot: Sumber Air dari Sumur Bor, Bukan Mata Air Pegunungan Perbesar

Tangkapan Layar : AQUA Disorot: Sumber Air dari Sumur Bor, Bukan Mata Air Pegunungan

WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif :  Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.

AQUA jadi sorotan setelah sidak Gubernur Jabar ungkap sumber air dari sumur bor, bukan mata air; konsumen minta klarifikasi
AQUA jadi sorotan setelah sidak Gubernur Jabar ungkap sumber air dari sumur bor, bukan mata air; konsumen minta klarifikasi

JAWA BARAT, 22 Oktober 2025 – Dalam sebuah inspeksi mendadak ke pabrik AQUA di kawasan Subang, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menemukan fakta yang mengejutkan soal asal bahan baku air mineral kemasan itu: air diambil dari sumur bor dalam, bukan dari mata air permukaan seperti persepsi publik selama ini.

Temuan Sidak dan Unggahan Video Viral

Inspeksi mendadak di pabrik AQUA

Dalam tayangan di kanal YouTube resminya, “KANG DEDI MULYADI CHANNEL”, Gubernur Dedi Mulyadi melakukan sidak ke pabrik AQUA dan bertanya langsung kepada perwakilan perusahaan.

Salah satu pernyataan yang terekam: “Saya kira itu air permukaan, air sungai atau air dari mata air. Ternyata bukan dari mata air, tapi dari sumur pompa dalam, berarti airnya dibor.”

Perwakilan perusahaan dalam video juga menyatakan bahwa: “Semua air bawah tanah, Pak. Karena memang kualitas yang paling bagus itu yang paling dalam.”

Reaksi masyarakat dan warganet

Temuan ini memicu reaksi keras dari warganet yang merasa dibohongi oleh narasi iklan yang menggambarkan air berasal dari “mata air pegunungan alami”. Beberapa komentar terlihat :
“Iklannya air mengalir dari gunung… ternyata pakai sumur bor disaring membran RO juga ujung-ujungnya.”
“Jadi selama ini pembohongan publik? Ini risiko tinggi Amdalnya lho.”

Warganet menuntut klarifikasi terbuka dari pihak produsen untuk menjelaskan proses, sumber dan dampak lingkungan yang mungkin muncul.

Pernyataan Pihak dan Klarifikasi Perusahaan

Tanggapan Danone Indonesia (pemilik merek AQUA)

Menanggapi kekisruhan tersebut, Danone Indonesia memberikan klarifikasi resmi.
Dalam pernyataan tertulis:
Mereka menyatakan bahwa air produk AQUA “berasal dari akuifer, yaitu lapisan batuan yang menyimpan air dan merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan yang terlindungi.”
Kedalaman sumur mencapai berkisar 60 hingga 140 meter dan termasuk kedalaman “mobilisasi hidrogeologi” bukan sekadar air permukaan atau air tanah dangkal.
Menurut perusahaan, lapisan kedap air secara alami melindungi akuifer tersebut dari kontaminasi aktivitas manusia di permukaan dan pengambilan air tidak mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat sekitar.
Proses pemilihan lokasi sumber air diklaim melibatkan studi hidrogeologi yang ketat oleh perguruan tinggi terkemuka.

Sorotan dan kritik terhadap perusahaan

Meski sudah memberikan klarifikasi, beberapa pihak masih mempertanyakan:
Apakah iklan yang menampilkan citra “mata air pegunungan” menyesatkan konsumen jika fakta penggunaan sumur bor dalam terbukti?

Apakah pengambilan air dari kedalaman tersebut tidak menimbulkan dampak ekologis seperti penurunan air tanah, pergeseran tanah atau longsor di kawasan pegunungan, seperti yang disampaikan Gubernur Jabar?

Apakah masyarakat berhak mendapat akses transparan terhadap laporan studi hidrogeologi dan Amdal yang dilakukan oleh pihak perusahaan?

Dampak Lingkungan dan Regulasi yang Perlu Diperhatikan

Kekhawatiran terhadap lingkungan

Dalam sidaknya, Gubernur Dedi Mulyadi menyoroti potensi risiko pengeboran dalam skala besar di kawasan pegunungan:

“Air gunung enggak ambil bawah tanah, apa enggak geser tanahnya? Jika di pegunungan, geser tanah berisiko.”

Risiko lingkungan yang disebut antara lain:
1. Perubahan aliran air bawah tanah yang bisa memengaruhi keseimbangan hidrogeologi lokal.
2. Potensi penurunan muka air atau kekosongan zona air yang dapat memicu longsor atau pergeseran tanah.
3. Dampak sosial terhadap komunitas lokal yang mungkin bergantung pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.

Aspek regulasi dan transparansi

Dari sisi regulasi, beberapa hal perlu diklarifikasi:
1. Apakah pengambilan air dari akuifer dalam memerlukan izin khusus atau telah melalui Amdal / izin lingkungan yang mencakup potensi dampak longsor dan perubahan aliran air?
2. Apakah perusahaan wajib mempublikasikan data hidrogeologi dan pemantauan lingkungan sebagai bentuk transparansi kepada publik?
3. Bagaimana peran institusi pengawas (Pemerintah Provinsi, Kementerian Lingkungan Hidup + Kehutanan) dalam memastikan bahwa kegiatan ekstraksi air dilakukan dengan prosedur yang benar, transparan, dan akuntabel?

Analisis: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Definisi “mata air” vs “sumur bor dalam”

Banyak konsumen yang memahami bahwa “air pegunungan” dalam iklan produk air kemasan berarti berasal dari aliran mata air permukaan— yaitu air yang muncul secara alamiah di kaki atau lereng gunung melalui infiltrasi hujan dan aliran alam. Namun, dalam konteks industri, pengambilan air dari akuifer dalam (deep aquifer) melalui sumur bor bukan sama dengan mata air permukaan.

Akuifer dalam: lapisan batuan atau sedimen bawah tanah yang menyimpan air dan sering terlindungi oleh lapisan kedap air, karena terlindungi, air dari akuifer umumnya memiliki kualitas baik (rendah kontaminasi). Tetapi dari perspektif pemasaran konsumen, klaim “mata air” dapat diinterpretasikan berbeda oleh publik.

Pemasaran, persepsi dan realitas teknis

Dari sisi pemasaran, penggunaan citra “pegunungan”, “mata air alami”, “air gunung murni” memberi impresi bahwa air diambil dari aliran alam terbuka di gunung. Bila faktanya pengambilan dilakukan melalui pengeboran ke kedalaman puluhan meter, maka muncul pertanyaan soal kejelasan dan kejujuran penyampaian informasi.
Akibatnya, hubungan antara persepsi konsumen, klaim iklan, dan proses teknis industri berada pada titik tumpang tindih yang rentan konflik.

Tantangan industri air kemasan dan keberlanjutan

Industri air kemasan memang menghadapi berbagai tantangan lingkungan dan regulasi:
1. Sumber air sehat dan aman: Air minum kemasan harus memenuhi standar keamanan air minum nasional (misalnya di Indonesia: Permenkes, SNI) dan proses pengambilan harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan.
2. Dampak terhadap komunitas lokal: Jika pengambilan air dalam skala besar dilakukan di kawasan pegunungan, masyarakat sekitar bisa terkena dampak berupa penurunan air tanah atau gangguan terhadap sistem hidrologi lokal.
3. Transparansi: Konsumen semakin menuntut transparansi asal sumber air dan kejelasan proses produksi.
Iklan dan klaim harus sesuai dengan fakta teknis agar tidak dianggap misleading advertising.

Rekomendasi Untuk Konsumen dan Pihak Industri

Bagi konsumen

Konsumen berhak untuk menanyakan asal sumber air, proses pengambilan, dan laporan lingkungan perusahaan air kemasan yang mereka beli.
a. Membaca label produk: Cari informasi tentang sumber air, standar kualitas, dan apakah perusahaan mengelola sumber secara berkelanjutan.
b. Mempertimbangkan alternatif: Bila terdapat keraguan terhadap klaim pemasaran, konsumen bisa memilih merek yang transparan menyampaikan data sumbernya atau menggunakan filter air rumah tangga sebagai alternatif.

Bagi industri air kemasan

Perusahaan sebaiknya menyediakan laporan publik yang menjelaskan lokasi sumber air, metode pengambilan, kedalaman pengeboran, izin lingkungan, dan studi dampak.
a. Menghindari terminologi yang bisa disalahartikan oleh konsumen—misalnya “mata air pegunungan” jika yang dimaksud adalah akuifer dalam.
b. Melakukan pemantauan jangka panjang terhadap dampak lingkungan dan masyarakat sekitar serta bersedia dibuka kepada publik.
3. Memastikan bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan regulasi nasional dan lokal mengenai pengelolaan air tanah dan lingkungan.

Kesimpulan Atas Kasus Aqua

Kasus ini membuka dua dimensi penting: kepercayaan konsumen terhadap klaim produk air minum kemasan dan tanggung jawab lingkungan dari perusahaan besar yang mengambil sumber air dalam skala besar. Berikut poin-penting yang bisa dijadikan perhatian:
1. Konsumen berhak mendapat kejelasan yang jujur mengenai “asal” air yang dikonsumsi sehingga tidak terjadi misleading advertising.
2. Perusahaan harus memastikan operasinya tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan atau masyarakat sekitar.
3. Pemerintah dan lembaga pengawas perlu memastikan bahwa kegiatan ekstraksi air dilakukan dengan prosedur yang benar, transparan, dan akuntabel.

Dalam waktu dekat, publik akan menantikan langkah-lanjutan dari ‎Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi termasuk apakah akan dilaksanakan audit lingkungan menyeluruh terhadap pabrik AQUA atau industri serupa di Jawa Barat. Sementara itu, perusahaan AQUA / Danone harus mengambil inisiatif proaktif untuk menjaga kepercayaan publik serta membuktikan bahwa operasinya berkelanjutan dan aman. (FAAL)


Menhan Prabowo Resmikan 11 Titik Mata Air untuk Masyarakat Sumbawa

Viral Remaja Aura Cinta Debat dengan Gubernur Dedi Mulyadi

WBN-Fingerprint: wartabelanegara.com-2025
Artikel ini diterbitkan pertama kali di wartabelanegara.com oleh redaksi

Baca Lainnya

Perumahan Puspa Raya Bangun Kebersamaan Warga Bahas PSU dan Makam

26 Oktober 2025 - 14:36 WIB

Perumahan Puspa Raya Bangun Kebersamaan Warga Bahas PSU dan Makam

PSU Perumahan: Hak Masyarakat dan Kewajiban Pemda Setelah Serah Terima Aset

26 Oktober 2025 - 12:22 WIB

PSU Perumahan: Hak Masyarakat dan Kewajiban Pemda Setelah Serah Terima Aset

Ridwan Kamil Fokus Proses Hukum, Bareskrim Periksa Lisa Mariana

24 Oktober 2025 - 17:28 WIB

Tes DNA Ridwan Kamil dan Anak Lisa Mariana Dinyatakan Tidak Cocok

Purbaya Yudhi Sadewa Pastikan Iuran BPJS Kesehatan Tak Naik hingga 2026

24 Oktober 2025 - 17:13 WIB

Purbaya Yudhi Sadewa Pastikan Iuran BPJS Kesehatan Tak Naik hingga 2026

Pemutihan Tunggakan BPJS Hanya untuk Peserta Mandiri ke PBI

23 Oktober 2025 - 22:49 WIB

Pemutihan Tunggakan BPJS
Trending di Berita Utama
AQUA jadi sorotan setelah sidak Gubernur Jabar ungkap sumber air dari sumur bor, bukan mata air; konsumen minta klarifikasi
AQUA jadi sorotan setelah sidak Gubernur Jabar ungkap sumber air dari sumur bor, bukan mata air; konsumen minta klarifikasi