WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
Garut —10 Oktober 2025 Sejarah panjang penyebaran Islam di wilayah selatan Garut ternyata tak lepas dari peran besar seorang tokoh ulama keturunan bangsawan, yakni Sembah Dalem Joho Bungbulang, atau dikenal juga dengan nama Syekh Abdul Kholiq, putra dari Syekh Fatah Rohmatulloh, seorang ulama besar dari Tanjung Singuru. Sosok inilah yang diyakini sebagai pendiri pesantren pertama di wilayah Bungbulang, Garut Selatan.
Jejak Islamisasi di Tatar Kandangwesi
Wilayah Bungbulang dahulu merupakan bagian dari Kandangwesi, sebuah daerah bersejarah yang telah ada sejak abad ke-6 hingga ke-7 Masehi, seiring dengan berakhirnya masa Kerajaan Tarumanagara dan lahirnya Kerajaan Sunda. Dalam perjalanan waktu, wilayah ini sempat menjadi bagian dari beberapa kerajaan besar seperti Pakuan Pajajaran, Cirebon, Sumedanglarang, hingga akhirnya masuk dalam wilayah Sukapura di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram, dan kini menjadi bagian dari Kabupaten Garut.
Kawasan Garut mendapat perhatian khusus dari Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah), sebagai kelanjutan dakwah Islam yang sebelumnya dilakukan oleh pamannya, Rd. Kian Santang. Salah satu buktinya adalah pengislaman Prabu Liman Sanjaya yang kemudian bergelar Sunan Cipancar, Adipati Limbangan pertama pada tahun 1525.
Pesantren Tanjung Singuru: Cikal Bakal Pendidikan Islam Garut
Perhatian Sunan Gunung Jati terhadap Garut Selatan melahirkan banyak kedaleman di bawah perintah Keraton Cirebon. Salah satu pusat penyebaran Islam paling tua adalah Pesantren Tanjung Singuru, yang didirikan oleh Syekh Fatah Rohmatulloh (Kyai Agung). Pesantren ini berkembang pesat di masa Syekh Nur Faqih, bahkan dikenal luas hingga Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Madura pada abad ke-17.
Pesantren Tanjung Singuru mendapat pengakuan istimewa dari pemerintah kolonial Belanda. Syekh Nur Faqih diberi hak otonomi untuk memimpin 12 kampung di sekitar Tanjung Singuru, yang dibebaskan dari pajak dan kerja paksa. Masa keemasan ini berlangsung hingga wafatnya Syekh Nur Faqih pada tahun 1711 M.
Syekh Fatah Rohmatulloh dan Keturunannya
Syekh Fatah Rohmatulloh dikenal sebagai ulama sekaligus ahli perang dari pasukan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten. Setelah perjuangan melawan VOC di Jakarta, beliau menetap di Tanjung Singuru dan menikah dengan cucu Sunan Tangkil, melahirkan sembilan orang anak.
Salah satu putranya, Abdul Kholiq (Embah Joho Bungbulang), kemudian ditugaskan oleh ayahnya untuk menyebarkan Islam ke wilayah Kandangwesi (Bungbulang). Di sanalah Abdul Kholiq mendirikan pesantren pertama di Bungbulang, tepatnya di Cimapag, Desa Mekarjaya. Karena jasa dan kedudukannya, beliau diberi gelar Dalem Patra Kusumah alias Sembah Dalem Joho Bungbulang.
Asal-Usul Nama Cimapag
Nama Cimapag memiliki kisah tersendiri. Dikisahkan, ketika Sembah Dalem Joho hendak menjemput putranya yang sedang menuntut ilmu di Pamijahan, ia berpesan kepada santrinya, Raksabaya, agar “mapag” (menjemput) pada waktu kepulangannya. Sejak saat itu, wilayah pesantren tersebut dikenal dengan sebutan Cimapag.
Warisan dan Keturunan
Sembah Dalem Joho wafat di Bungbulang dan dimakamkan di Joho, tepatnya di atas Kampung Cimapag, Desa Mekarjaya, Kecamatan Bungbulang. Hingga kini, Makam Joho menjadi salah satu situs bersejarah yang dihormati masyarakat setempat.
Keturunan Sembah Dalem Joho tersebar luas hingga ke berbagai daerah seperti Bandung, Tasikmalaya, Cianjur, bahkan Banten. Beberapa tokoh ulama Bungbulang seperti Kyai Muhsin (Pesantren Plengo) dan KH Moch. Ali (Cimapag) diduga masih memiliki garis keturunan dari Sembah Joho.
Penutup
Peran Sembah Joho tidak hanya sebagai penyebar Islam, tetapi juga sebagai pelopor berdirinya lembaga pendidikan Islam pertama di Bungbulang. Warisan spiritual dan keilmuan beliau menjadi tonggak penting dalam sejarah dakwah Islam di Garut Selatan.
Melalui penelusuran sejarah ini, masyarakat Bungbulang diharapkan dapat lebih mengenal jati diri dan jejak perjuangan para leluhur, serta terus melestarikan nilai-nilai keislaman yang diwariskan oleh Sembah Joho Putra Kyai Agung, Sang Pendiri Pesantren Pertama di Bungbulang.
(Wallahu a’lam bish-shawab)
(Red)
Artikel ini masuk dalam: Sejarah, News, Berita Terkini Terbaru.