WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
Garut – Nama Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani (1626–1699) tercatat sebagai salah satu ulama besar Nusantara yang kiprahnya melintasi batas negeri. Lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 3 Juli 1626, beliau dikenal masyarakat setempat dengan gelar Tuanta Salamaka ri Gowa atau “tuan guru penyelamat kita dari Gowa”.
Sejak muda, Syekh Yusuf menempuh perjalanan panjang dalam menimba ilmu agama. Pada usia 18 tahun ia berangkat ke Banten dan bersahabat dengan Sultan Ageng Tirtayasa, hingga diangkat sebagai mufti Kesultanan Banten. Tahun 1644, Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji dan bermukim di Mekkah serta Madinah untuk memperdalam ilmu agama. Perjalanan ilmunya berlanjut ke Yaman, berguru pada Syekh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi, lalu ke Damaskus menimba ilmu dari Syekh Abu Al-Barakat Ayyub bin Ahmad Al-Khalwati Al-Quraisyi. Total, hampir 20 tahun ia habiskan untuk menuntut ilmu di Timur Tengah.
Pada masa kejayaan Banten, Syekh Yusuf menjadi salah satu pusat pendidikan Islam. Murid-muridnya datang dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin Ali Karaeng Bisai. Namun, sejarah mencatat setelah Sultan Ageng Tirtayasa kalah dari Belanda tahun 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan.
Pembuangan pertama membawanya ke Sri Lanka pada September 1684. Di sana, ia tetap berdakwah dan memiliki banyak murid, termasuk ulama besar India, Syekh Ibrahim ibn Mi’an. Namun, aktivitas dakwahnya tetap dianggap mengkhawatirkan Belanda. Akhirnya, ia kembali dipindahkan lebih jauh ke Cape Town, Afrika Selatan, pada 22 Desember 1694.
Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf terus menyebarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada 23 Mei 1699. Wafatnya diperingati oleh para pengikutnya, dan bahkan Nelson Mandela menyebut beliau sebagai “Salah Seorang Putra Afrika Terbaik”. Jenazahnya kemudian dipulangkan ke Gowa pada April 1705 dan dimakamkan di Lakiung.
Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia melalui Presiden Soeharto menetapkan Syekh Yusuf sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 071/TK/1995 tanggal 7 Agustus 1995. Penghargaan internasional pun diberikan, yakni Supreme Companion of OR Tambo in Gold, yang diserahkan kepada ahli warisnya pada 27 September 2005 di Pretoria, Afrika Selatan, disaksikan Wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla.
Syekh Yusuf bukan hanya ulama besar Nusantara, tetapi juga tokoh perlawanan, pendidik, dan penyebar Islam yang dikenang lintas bangsa hingga kini.
(Red)