Bahaya Nuklir India vs Pakistan: Ancaman Global di Tengah Ketegangan Asia Selatan
WARTA BELA NEGARA | New Delhi/Islamabad, 7 Mei 2025 – Ketegangan militer yang kembali meningkat antara dua negara bertetangga bersenjata nuklir, India dan Pakistan, menimbulkan kekhawatiran mendalam di tingkat global. Sengketa yang tak kunjung usai, ditambah retorika militer yang semakin memanas, berpotensi memicu eskalasi ke tingkat yang lebih berbahaya: konfrontasi nuklir.
Menurut laporan terbaru dari Arms Control Center, India telah menjadi negara nuklir sejak 1974, sementara Pakistan menyusul pada 1998. Hingga kini, senjata pemusnah massal tersebut belum pernah digunakan secara langsung dalam konflik, namun bayang-bayang perang nuklir senantiasa menghantui setiap krisis antara keduanya.

Perbandingan Kekuatan Nuklir
Negara Hulu Ledak (2025) Kebijakan Nuklir Sistem Pengiriman
India 164–180 No First Use (dalam peninjauan) Darat, laut, udara
Pakistan 170 (potensi 220–250) Tidak menganut No First Use Darat, udara, rudal balistik Nasr (70 km)
India diperkirakan memiliki 164 hingga 180 hulu ledak nuklir dengan kemampuan peluncuran dari tiga matra: darat, laut, dan udara. Negara ini selama ini menganut kebijakan No First Use—tidak akan menggunakan senjata nuklir kecuali diserang terlebih dahulu. Namun sejak Agustus 2019, terdapat indikasi bahwa New Delhi tengah mempertimbangkan ulang prinsip tersebut.
Sementara itu, Pakistan yang saat ini memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir, diperkirakan bisa meningkatkan jumlahnya menjadi 220 hingga 250 dalam waktu dekat. Tidak seperti India, Islamabad tidak menerapkan kebijakan No First Use dan lebih fokus pada pengembangan senjata nuklir taktis untuk menghadapi superioritas militer konvensional India. Rudal balistik jarak pendek Nasr yang dikembangkan Pakistan memiliki jangkauan sekitar 70 kilometer dan dirancang untuk digunakan dalam pertempuran darat cepat.
Kemanusiaan dan Seruan Internasional Ancaman Global dan Risiko
Pakar keamanan internasional memperingatkan bahwa bahkan pertukaran nuklir terbatas antara India dan Pakistan bisa menewaskan hingga 20 juta orang hanya dalam waktu satu minggu. Lebih dari itu, efek sampingnya—seperti nuclear winter atau musim dingin nuklir—berpotensi mengganggu sistem pertanian global.
Akibatnya, hampir dua miliar penduduk dunia, terutama di negara-negara berkembang, bisa terancam kelaparan akibat gagal panen dan krisis pangan berkepanjangan.
Rudal-rudal balistik kedua negara memiliki jangkauan luas, mencakup seluruh wilayah masing-masing. Beberapa sistem rudal India bahkan mampu mencapai wilayah Tiongkok, menambah kompleksitas geopolitik kawasan.
Melihat betapa rapuhnya keseimbangan kekuatan nuklir di Asia Selatan, masyarakat internasional terus menyerukan penahanan diri dan dialog terbuka antara India dan Pakistan. Penggunaan senjata nuklir bukan hanya akan menghancurkan kedua negara, tetapi juga membuka pintu menuju bencana kemanusiaan global.
Konflik bersenjata antara India dan Pakistan bukan lagi sekadar isu regional. Di tengah meningkatnya ketegangan dan ketidakpastian kebijakan nuklir, dunia menghadapi ancaman nyata yang dampaknya bisa menyentuh seluruh umat manusia. Perdamaian dan diplomasi menjadi satu-satunya jalan untuk mencegah tragedi besar yang bisa mengguncang peradaban global di Tengah Ketegangan Asia Selatan
Kesimpulan:
Konflik bersenjata antara India dan Pakistan bukan lagi sekadar isu regional. Di tengah meningkatnya ketegangan dan ketidakpastian kebijakan nuklir, dunia menghadapi ancaman nyata yang dampaknya bisa menyentuh seluruh umat manusia. Perdamaian dan diplomasi menjadi satu-satunya jalan untuk mencegah tragedi besar yang bisa mengguncang peradaban global.(*)
Kapal Indian Coast Guard Samudra Prahari Bersandar di JICT
Paspampres Perisai Hidup Kepala Negara Pada KTT AIS Bali