WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Â Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
Garut 9 Nopember 2025.Ambruknya bangunan Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al-Barkah Pakenjeng pada Sabtu (8/11) sore menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan di Kabupaten Garut, khususnya bagi instansi terkait di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag).
Peristiwa tragis tersebut terjadi sekitar pukul 17.00 WIB, akibat hujan deras disertai angin kencang yang menyebabkan dua ruang kelas roboh hingga rata dengan tanah.
Menurut pihak sekolah, Dr. Deden Suparman, S.Ag., M.A., bangunan itu sudah lama mengalami kerusakan parah dan telah diajukan untuk rehabilitasi berat sejak berbulan-bulan lalu. Namun, meski berbagai laporan dan permohonan resmi telah disampaikan, tidak pernah ada tanggapan maupun keputusan nyata dari pihak terkait.
> “Kami sudah mengajukan renovasi berat sejak beberapa bulan lalu. Kami juga sudah menginformasikan langsung kepada pihak KASI. Tapi hingga sekarang, belum ada jawaban apa pun. Dan kini, yang kami khawatirkan benar-benar terjadi,”
ungkap Dr. Deden dengan nada kecewa dan penuh penyesalan.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini karena ruang kelas yang roboh sudah lebih dulu dikosongkan akibat kekhawatiran terhadap keselamatan siswa. Namun, kerugian besar tetap dialami pihak sekolah karena ruang tersebut merupakan fasilitas utama dalam proses belajar mengajar.
Ambruknya bangunan MTS Al-Barkah bukan semata akibat cuaca ekstrem, melainkan bukti nyata kelalaian pemerintah dalam menangani dunia pendidikan di pelosok. Ketika berbagai proposal perbaikan hanya menjadi tumpukan kertas di meja birokrasi, yang menjadi korban adalah anak-anak bangsa yang haus ilmu, namun diabaikan oleh sistem yang lamban dan tak peduli.
> “Ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi instansi terkait, terutama Kemenag. Jangan menunggu bangunan ambruk dulu baru turun tangan. Pendidikan di pelosok juga butuh perhatian dan aksi nyata, bukan sekadar janji atau alasan klasik soal anggaran!”
tegas Dr. Deden.
Masyarakat pun menuntut tanggung jawab moral dan tindakan nyata dari pemerintah. Mereka meminta Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah Garut segera turun ke lapangan, melakukan investigasi menyeluruh, serta merealisasikan rehabilitasi total agar proses belajar mengajar dapat kembali berjalan dengan aman dan layak.
> “Kami tidak ingin janji-janji kosong lagi. Pemerintah harus hadir, bukan hanya ketika bencana sudah terjadi. Jangan biarkan pendidikan di desa-desa terus dibiarkan runtuh bersama bangunannya,”
tambah salah seorang warga dengan suara tegas.
Kini, pihak sekolah berharap penuh pada perhatian serius dari Kemenag dan Pemkab Garut agar peristiwa serupa tidak terulang. Harapan besar disampaikan agar pemerintah tidak menutup mata terhadap kondisi sekolah-sekolah di daerah terpencil yang selama ini menjadi tulang punggung pendidikan bagi anak-anak bangsa.
> “Kami hanya ingin hak kami dipenuhi. Anak-anak kami berhak belajar di tempat yang aman dan layak. Jika pemerintah terus diam, maka runtuhnya pendidikan di pelosok tinggal menunggu waktu,”
tutup Dr. Deden dengan nada tajam.(***)
Artikel ini masuk dalam: Daerah, Lembaga Pendidikan, Kabupaten Garut, Informasi Seputar Garut.







