Menu

Mode Gelap
Persib Bandung Resmi Umumkan Pemain Baru, Siapa Saja ? 13 Perusahaan Tambang Dapat Hak Istimewa di Raja Ampat oleh Pemerintah Longsor Tambang Batu Alam di Gunung Kuda Cirebon, 4 Tewas dan Puluhan Pekerja Tertimbun Garut Berduka: Ledakan Amunisi di Pantai Cibalong Tewaskan 11 Orang Arus Balik Lebaran 2025 Dimulai, Rekayasa Lalu Lintas Diberlakukan Breaking News:  Hari Raya Idul Fitri 1446 H Jatuh pada Tanggal 31 Maret 2025

Info Kita

Koperasi Tidak Butuh Pesimisme,Tetapi Solusi Kongkrit ,Kritik atas Kritik dari Dr Apandi Arsyad Kepada KMP Pemerintah

Abah Rohmanbadge-check


					Koperasi Tidak Butuh Pesimisme,Tetapi Solusi Kongkrit ,Kritik atas Kritik dari Dr Apandi Arsyad Kepada KMP Pemerintah Perbesar

WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif :  Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.

 

Oleh: Aep Saepullah Mubarok
(Pegiat dan Penggerak Koperasi Nasional)
Tulisan Dr. Apandi Arsyad tentang Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes/Koplur MP) belakangan ramai diperbincangkan. Ia menegaskan kembali jati diri koperasi sebagai perkumpulan orang, bukan sekadar kumpulan modal finansial. Peringatan beliau soal risiko “koperasi semu” juga relevan. Namun, kritik beliau menyisakan kelemahan yang perlu dikritisi balik agar wacana koperasi tidak berhenti pada nada pesimis.

Pertama, argumen Dr. Apandi cenderung tidak proporsional. Tudingan bahwa Kopdes/Koplur MP pasti gagal karena rekayasa administratif dan pelanggaran UU No. 25/1992 tidak disertai bukti konkret. Kritik tanpa data hanya menghasilkan opini emosional, bukan analisis akademis yang bisa dijadikan rujukan kebijakan.

Kedua, kritik beliau sarat pesimisme. Koperasi memang rentan dipaksakan tumbuh instan, tetapi menutup peluang model baru berarti menolak proses pembelajaran sosial. Gerakan koperasi selalu lahir melalui keberhasilan sekaligus kegagalan.

Ketiga, meski menegaskan tujuh prinsip koperasi, kritik Dr. Apandi justru minim rekomendasi konstruktif. Tidak ada tawaran teknis tentang cara memperkuat SDM koperasi, menata mekanisme permodalan sehat, atau membangun tata kelola yang sesuai konteks desa. Padahal, solusi itulah yang paling dibutuhkan.

Keempat, istilah “koperasi semu” berpotensi memecah gerakan. Alih-alih menyemangati, bahasa seperti ini bisa membuat warga desa merasa hanya objek kritik, bukan subjek penggerak koperasi.

Di titik ini, kritik Dr. Apandi penting sebagai alarm. Tetapi koperasi tidak butuh pesimisme belaka. Koperasi justru membutuhkan kritik yang disertai solusi, optimisme, dan arah perbaikan.

Koperasi sejatinya bukan hanya soal modal finansial, juga bukan sekadar retorika prinsip. Ia butuh praktik nyata, pendampingan, inovasi, dan komitmen bersama. Karena itu, kritik atas kritik Dr. Apandi Arsyad kepada KMP pemerintah ini hadir sebagai pengingat: koperasi Indonesia hanya bisa tumbuh jika kritik yang tajam selalu diiringi dengan solusi yang konkret.

Tentang Penulis:
Aep Saepullah Mubarok adalah pegiat dan penggerak koperasi nasional sejak 2004. Ia aktif sebagai konsultan koperasi dengan fokus pada tata kelola modern, pemberdayaan ekonomi desa, serta pengembangan koperasi multi pihak di berbagai daerah di Indonesia.

(Jajang ab)

WBN-Fingerprint: wartabelanegara.com-2025
Artikel ini diterbitkan pertama kali di wartabelanegara.com oleh Abah Rohman

Baca Lainnya

Pesta Rakyat – TNI Fair jelang HUT ke-80 TNI di Monas

18 September 2025 - 17:59 WIB

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem 10–16 September 2025

14 September 2025 - 16:37 WIB

Kabupaten Bogor: Daftar 40 Kecamatan, 19 Kelurahan, 416 Desa

30 Agustus 2025 - 11:54 WIB

Kabupaten Bogor: Daftar 40 Kecamatan, 19 Kelurahan, 416 Desa

Gempa Bumi Terkini Jawa Barat & Potensi Aktivitas Sesar Lembang

21 Agustus 2025 - 00:24 WIB

Gempa Bumi Terkini

Semangat HUT RI ke-80, Warga RW 12 Bojong Baru Gelar Lomba Kebersihan

17 Agustus 2025 - 20:48 WIB

HUT RI ke-80 RW 12
Trending di Berita