WBN- WARTABELANEGARA.COM | Objektif - Informatif - Edukatif : Berita Terkini, Terbaru , Terpercaya.
Bogor, 15 September 2025 — Sejarah Surya Kencana menempatkan tokoh ini dalam dua ranah: tercatat sebagai Prabu Raga Mulya, raja terakhir Kerajaan Pajajaran, sekaligus sosok legenda rakyat Sunda yang dipercaya bersemayam secara gaib di kawasan Gunung Gede.
Latar Belakang Kerajaan Sunda dan Pajajaran
Kerajaan Sunda, yang juga dikenal dengan sebutan Pajajaran, adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang berpusat di wilayah Pakuan, kini dikenal sebagai Bogor. Pada masa kejayaannya di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Pajajaran menjadi pusat kebudayaan, politik, dan perdagangan di Jawa Barat. Namun, memasuki abad ke-16, posisi Pajajaran mulai terdesak oleh munculnya kekuatan baru di pesisir barat, terutama Kesultanan Banten dan Cirebon, yang berkembang seiring penyebaran Islam di Tatar Sunda.

Versi Sejarah: Surya Kencana sebagai Raja Terakhir Pajajaran
Prabu Raga Mulya dan catatan naskah klasik
Dalam sumber sejarah, sosok yang disebut sebagai raja terakhir Pajajaran adalah Prabu Raga Mulya. Beberapa catatan menyebutkan ia juga dikenal dengan nama Prabu Surya Kencana atau Panembahan Pucuk Umun Pulasari. Namanya tercatat dalam naskah klasik Carita Parahyangan yang mengisahkan silsilah dan perjalanan raja-raja Sunda. Dalam tradisi historiografi Sunda, masa pemerintahan Raga Mulya berlangsung sekitar 1567–1579 M.
Runtuhnya Pakuan pada 1579
Pada tahun 1579, pasukan Kesultanan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf melancarkan serangan besar ke pusat Kerajaan Pajajaran di Pakuan. Penyerangan ini bertepatan dengan tahun 1501 Saka, yang jika dikonversi setara dengan 8 Mei 1579 M. Serangan tersebut membawa dampak fatal bagi Pajajaran yang sudah mengalami pelemahan dari dalam, baik secara politik maupun militer.
Dalam catatan tradisi Sunda, jatuhnya Pajajaran tidak hanya akibat kekuatan Banten, tetapi juga karena adanya pengkhianatan internal yang melemahkan pertahanan kerajaan. Beberapa pihak dari dalam dianggap membantu musuh, membuat benteng Pakuan akhirnya dapat ditembus. Peristiwa ini menjadi penanda resmi berakhirnya kekuasaan Pajajaran.
Simbol politik dan perpindahan kekuasaan
Salah satu tanda berakhirnya Pajajaran adalah dipindahkannya palangka sriman srimacana atau takhta kerajaan ke wilayah Banten. Dengan penguasaan simbol legitimasi kerajaan, Banten meneguhkan dirinya sebagai penerus kekuatan politik di Jawa Barat. Sementara itu, nama Raga Mulya atau Surya Kencana dikenang sebagai penguasa terakhir sebelum kerajaan besar ini runtuh.
Versi Legenda: Surya Kencana dalam Cerita Rakyat Sunda
Kelahiran mistis dari garis manusia dan bangsa jin
Dalam versi legenda rakyat, Surya Kencana bukan hanya penguasa, tetapi juga figur mistis. Cerita lisan menyebutkan bahwa ia adalah putra dari Aria Wiratanu Datar, pendiri Cianjur, dengan seorang perempuan bangsa jin bernama Indang Sekesih. Kisah ini menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat meyakini bahwa Surya Kencana memiliki kekuatan gaib dan tidak sepenuhnya manusia biasa.
Penyebar agama dan sosok moksa
Legenda rakyat juga menghubungkan Surya Kencana dengan peran penyebar ajaran Islam di wilayah pedalaman Jawa Barat. Namun, kisah yang paling menonjol adalah bahwa ia tidak wafat seperti manusia biasa, melainkan moksa atau lenyap ke alam lain. Karena itu, banyak yang percaya hingga kini Surya Kencana masih hidup di alam gaib dan menjaga wilayah Gunung Gede.
Gunung Gede dan Keraton Gaib
Gunung Gede-Pangrango menjadi lokasi utama dalam mitos Surya Kencana. Di kawasan ini terdapat Alun-alun Suryakencana, sebuah padang rumput luas di ketinggian, yang dipercaya sebagai keraton gaib tempat beliau bersemayam. Lokasi ini hingga kini menjadi destinasi populer para pendaki sekaligus tempat ziarah bagi mereka yang masih percaya pada kekuatan gaib Surya Kencana.
Petilasan dan penghormatan lintas budaya
Selain Gunung Gede, masyarakat juga menyebut adanya sejumlah petilasan Surya Kencana di wilayah Bogor dan Cianjur, termasuk di Gunung Bunder. Menariknya, dalam beberapa tradisi Tionghoa, sosok Surya Kencana juga dihormati di beberapa kelenteng, menunjukkan adanya akulturasi budaya dan keyakinan lintas etnis di Jawa Barat.
Menjembatani Fakta Sejarah dan Legenda Rakyat
Perbedaan sumber dan metode penulisan sejarah
Perlu dipahami bahwa sumber sejarah tertulis seperti prasasti dan naskah klasik memiliki peran berbeda dengan cerita rakyat. Catatan seperti Carita Parahyangan dan naskah Wangsakerta memberi kerangka historis mengenai runtuhnya Pajajaran, sementara legenda rakyat melestarikan memori kolektif dalam bentuk kisah-kisah mistis yang diwariskan secara lisan.
Nilai historis dan nilai kultural
Tokoh Surya Kencana mencerminkan dua lapis nilai: historis dan kultural. Dari sisi sejarah, ia dikenang sebagai raja terakhir yang menandai berakhirnya Pajajaran. Dari sisi budaya, ia menjadi simbol kepercayaan, penjaga gaib, dan identitas spiritual masyarakat Sunda. Keberadaan kisah ini memperkaya warisan budaya Jawa Barat sekaligus meneguhkan identitas lokal yang kuat.
Relevansi Surya Kencana di Masa Kini
Kisah Surya Kencana masih hidup dalam kehidupan masyarakat Sunda hingga hari ini. Pendaki Gunung Gede kerap mengunjungi alun-alun Suryakencana, bukan hanya untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga merasakan aura historis dan spiritual yang melekat di lokasi tersebut. Tradisi ziarah dan penghormatan yang masih dijalankan masyarakat memperlihatkan bagaimana warisan sejarah dan legenda dapat hidup berdampingan di era modern.
Kesimpulan
Sejarah Surya Kencana menampilkan sosok ganda: raja terakhir Pajajaran yang tercatat dalam naskah sejarah sekaligus tokoh mistis yang hadir dalam legenda rakyat. Fakta historis mencatat runtuhnya Pakuan pada 1579 di bawah serangan Banten, sementara kisah rakyat menempatkannya sebagai tokoh gaib yang bersemayam di Gunung Gede. Dua versi ini, baik yang terverifikasi maupun yang berbentuk legenda, sama-sama penting untuk dipahami sebagai bagian dari warisan sejarah dan budaya Sunda.
Sejarah Kabupaten Bogor: Dari Kerajaan Pajajaran hingga Cibinong
Penulis: FALFIANO
Editor: Tim Warta Bela Negara
Sumber Berita:
Wikipedia — Kerajaan Sunda,
Carita Parahyangan,
Naskah Wangsakerta